Sugeng Handayani
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Sebagai Upaya untuk Membangkitkan Multiple Intelegences Siswa
.
.
Abstract: This study is based on on the problems come up ini the process of self development in classroom activities, especially in SMP Nasional KPS Balikpapan. The main problem is how to develop multiple intelegences through learning process. This study is aimed at finding out how much cooperative in the learning process. The result shows that by using cooperative learning, the students’ multiple intelegences can be improved.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah digulirkan sebagai jawaban atas keragaman potensi daerah baik dari segi sumber daya manusia maupun fasilitas sekolah. KTSP disajikan berupa standar kompetensi yang dirinci dalam kompetensi dasar-kompetensi dasar tanpa memberikan indikator-indikator. Indikator-indikator pencapaian kompetensi diserahkan kreativitas penjabarannya kepada guru. Ini merupakan sinyal baik bagi guru karena dapat memberikan kebebasan atau otonomi pada guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi daerah masing-masing. KTSP juga memberikan wadah bagi guru untuk mengembangkan kemampuan diri peserta didik sesuai dengan keunggulan ataupun keunikan dari setiap individunya. Pelaksanaan pengembangan diri dapat dikaitkan dengan kegiatan ekstrakurikuler maupun dengan proses pembelajaran di kelas melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang, dan menyenangkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran.
Penerapan pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu menerapkan masyarakat belajar (learning community). Di samping dapat mengembangkan kemampuan akademik pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Siswa kelompok atas dapat menjadi tutor bagi kelompok bawah. Kelompok bawah mendapatkan bantuan khusus dari teman sebaya, sedangkan kelompok atas akan bertambah pengetahuannya. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dibagi menjadi enam fase seperti pada tabel 1.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengembangan diri ternyata selaras dengan pembentukan kecerdasan ganda (multiple intelegences). Multiple intelegences yang dikemukakan oleh Hatch dan Howard Garner pada tahun 1983 ini terdiri atas kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik. Kecerdasan ini secara kodrati dimiliki oleh setiap individu. Adapun keterampilan yang dominan pada tiap-tiap kecerdasan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kecerdasan Linguistik. Keterampilan kerja yang dapat dikembangkan adalah berbicara, memberitahu, menginformasikan, memberikan perintah, menulis, mengungkapkan dengan katakata, berbicara bahasa asing, menafsirkan, menerjemahkan, mengajar, berceramah, berdiskusi, berdebat, meneliti, mendengarkan (katakata), menyalin, mengoreksi, menyunting, mengolah kata, mengarsipkan, dan melaporkan. Contoh profesi yang sesuai adalah pustakawan, pengarsip, kurator, editor, penerjemah, ahli patologi bicara, penulis, penyiar radio/ TV, jurnalis, asisten legal, pengacara, sekretaris, pengetik, korektor, dan guru bahasa Inggris.
Kecerdasan Logis-Matematis. Keterampilan kerja yang dapat dikembangkan dengan baik adalah merancang keuangan, menyusun anggaran, melakukan penelitian ekonomi, membuat hipotesis, membuat estimasi, membukukan, mengkalkulasi, menggunakan statistik, mengaudit, membuat teori, menganalisa, mensistematisasi, mengelompokkan, dan mengurutkan. Contoh profesi yang dapat ditekuni adalah: auditor, akuntan, agen pembeli, petugas ansuransi, ahli matematika, ilmuwan, ahli statistik, juru taksir, analis komputer, ekonom, teknisi, petugas pembukuan, dan guru ilmu alam.
Kecerdasan Spasial. Keterampilan yang dapat dikembangkan adalah: menggambar, melukis, memvisualisasikan, menemukan, membayangkan, merancang, membuat presentasi visual, mengilustrasikan, mewarnai, membuat draft, membuat grafik, membuat peta, memotret, menghias, dan membuat film. Contoh profesi yang dapat ditekuni adalah insinyur, petugas survei, arsitek, ahli tata letak kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, penemu, pembuat peta, pilot, seniman rupa, dan pematung.
Kecerdasan Musikal. Keterampilan kerja yang dapat dikembangkan adalah bernyanyi, memainkan alat musik, merekam, berimprovisasi, menggubah lagu, mentranskripsi, menyusun aransemen, mendengarkan, membedakan nada, menyetel nada, mengorkestrasi, menganalisa, dan mengkritisi aliran-aliran musik. Contoh profesi yang dapat ditekuni: disc jockey, musisi, pembuat alat musik, penyetel piano, terapis musik, pramuniaga alat musik, penulis lagu, teknisi studio musik, pengarah paduan suara, konduktor, penyanyi, guru musik, dan penyalin musik.
Kecerdasan Kinestetik. Keterampilan yang dapat dikembangkan adalah: menyusun, menyeimbangkan, mengangkat, membawa, berjalan, berlari, membuat prakarya, merestorasi, membersihkan, mengirimkan, mengantarkan, memproduksi, memperbaiki, memasang, menginstalasi, mengoperasikan, menyesuaikan, menyelamatkan, mempertunjukkan, memberikan isyarat, berpantomim, mendramatisasi, memperagakan busana, menari, berolahraga, mengorganisasikan kegiatan di alam bebas, dan berwisata. Contoh profesi yang sesuai: terapis fisik, pegawai di tempat rekreasi, penari, aktor, petani, montir, tukang kayu, pengrajin, pegawai pabrik, penata tari, atlet profesional, jagawana, dan ahli permata.
Kecerdasan Interpersonal. Keterampilan yang dapat dikembangkan adalah: melayani, menjadi tuan rumah, berkomunikasi, berempati, berdagang, mengajar, melatih, membimbing, menilai orang, membujuk, memotivasi, menjual, merekrut karyawan, menginspirasikan, mempublikasikan, menyemangati, mengawasi, mengkoordinasikan, mendelegasikan, berunding, bermediasi, bekerja sama, mengkonfrontasi, dan mewawancara. Contoh profesi yang sesuai: direktur, manajer, kepala sekolah, pegawai personalia, arbiter, sosiolog, antropolog, konselor, psikolog, perawat, pegawai public relation, pramuniaga, agen wisata, dan direktur sosial.
Kecerdasan Intrapersonal. Keterampilan kerja yang dapat dikembangkan secara maksimal adalah: memutuskan, bekerja sendiri, mempromosikan diri, menetapkan tujuan, menyusun sasaran, berinsiatif, mengevaluasi, menaksir/menilai, merencanakan, mengorganisasikan melihat kesempatan, berinstrospeksi, dan memahami diri. Contoh profesi: psikolog, pemuka agama, guru psikologi, terapis, teolog, perencana program, dan pengusaha.
Kecerdasan Naturalistik. Beberapa keterampilan kerja yang dapat dikembangkan adalah: menciptakan suatu produk, melakukan percobaan, dan menggunakan sumber daya alam, Contoh profesi yang sesuai: ahli pertambangan, ahli perikanan, dokter, perawat, pengusaha, dan penemu.